🕹️ Makalah Ayat Makiyah Dan Madaniyah

Memudahkanpemahaman makna ayat dan surat. Surat madaniyah mengandung kata 'ya ayuhhal ladzina amanu' tiap surat madaniyah berisi tentang kewajiban. Beberapa contoh surat madaniyah dan makiyah terbaik 2019. Ayat dan surat makkiyah umumnya dimulai dengan sapaan ya ayyuhannas (hai sekalian manusia), sedangkan ayat. 3 Ketiga : Makki adalah sesuatu ayat atau surat yang diturunkan sebelum hijrah walaupun ayat tersebut turun selain selai di Makkah. Sedangkan Madani adalah sesuatu yang diturunkan setelah hijrah, baik yang turun di Makkah maupun di Madinah. Dan ini termasuk pendapat yang paling terkenal (masyhur). 6000 + 204 ayat – 6000 + 14 ayat – 6000 + 219 ayat – 6000 + 225 ayat – 6000 + 26 ayat MEMBENTUK FRAMEWORK DAN WORLDVIEW ISLAMI; 1954. MAKALAH : Sebaiknya janganlah memaknai bersemayam dengan berada atau bertempat SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH ; PISS-KTB has written 4222 articles Group facebook ini bernama PUSTAKA ILMU Bahasanyang berkaitan dengan turunya Al-Qur’an (nuzul), seperti tempat turunnya (makiyah, madaniyah, hadliyah/kampung halaman), waktu turunnya (nahariyah/siang, lailiyah/malam, shaifiyah/musim dingin) firasyiyah/di tempat tidur, asbabun nuzul, ayat pertama dan terakhir, terpisah, atau sekaligus, serta ayat hukum yang pernah diturunkan pada AllahSWT telah berfirman yang artinya “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, , petunjuk bagi mereka yang bertaqwa ”(QS.al-Baqarah : 1-2).Dan juga Allah telah berfirman di pertengahan surat al-Baqarah, (Beberapa hari yang telah dirtentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi Tigatahun berikutnya, kembali diadakan halaqah untuk memperkuat argumentasi penetapan klasifikasi tersebut. Adapun hasil penetetapan klasifikasi Makkiyah dan Madaniyah pada 12 surat yang diperselisihkan, sebagai berikut: 1. al-Fatihah termasuk Makkiyah. 2. KlasifikasiSurat Makkiyah dan Madaniyah. Sebab terkadang pada beberapa surat Madaniyah terdapat ayat-ayat Makkiyah. Klasifikasi Surat Makkiyah Dan Madaniyah Khudzil Kitab Ghunah akmal atau yang sangat sempurna ini harus diberikan hak yang sama panjangnya antaranya ghunnah musyaddadah dan idgham yang telah disebutkan di atas. Contoh surat Azbabunnuzul mempunyai arti penting dalam menafsirkan al-Qur’an. seseorang tidak akan mencapai pemahaman yang baik jika tidak baik jika tidak memahami riwayat azbabun nuzul suatu riwayat. Al wahidi (w.468/175),seorang ulama’ klasik dalam bidang ini mngemukakan bahwa pengetahuan tentang tafsir dan ayat – ayat tidak mungkin, jika tidak Menurutprespektif ini bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Mekkah, sedangkan Madaniyah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Madinah. 1KqJSi. Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam untuk seluruh umat manusia di bumi ini dengan fungsi al-quran sebagai petunjuk ke jalan yang lurus serta ke arah tujuan yang terang, yaitu dengan menegakkan azas-azas kehidupan yang berdasarkan pada keimanan kepada Allah SWT serta kepada sebagai umat islam tentunya tahu bahwa ayat-ayat Al-qur’an diturunkan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Mekkah Al- Makkiyah dan Madinah Al- Madaniyah. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui manakah ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT di Mekkah dan mana ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah? Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT baik itu di Mekkah dan di Madinah memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi makna maupun dari segi ini ada beberapa ciri-ciri ayat makiyah dan madaniyah yang menandakan di manakah ayat Al-qur’an tersebut diturunkan Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa ayat makkiyah merupakan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT di kota Mekkah, yaitu sebelum Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam berhijrah ke Madinah. Beberapa ayat tersebut di antaranya adalah Al- fatihah, Al- A’raf, Yunus, Al- An’am, Ar- Rad, Yusuf, An- Nahl, Al- Isro, Al- Hajj, dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an lainnya. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang menandakan Al- Makiyyah, seperti 1. Kata-kata atau kalimat yang dipergunakanAda beberapa hal yang terkait dengan kata-kata atau kalimat yang menjadi ciri dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah Al- Makkiyyah, di antaranya Memiliki ayat atau suku kata yang pendek-pendek,Kata-kata yang dipergunakan dalam ayat tersebut sangat mengesankan bersajak / penuh dengan syair serta ungkapan perasaanKalimat yang dipergunakan juga tergolong fasih dan balighBanyak qasam, tasybih, dan bahasa yang dipergunakan jarang sekali bersifat kongkrit maupun realistis materialisDi dalam setiap surat terdapat lafadz kalla dan ya Kandungan atau isiSelain beberapa ciri di atas, kita juga bisa mengetahui ayat-ayat Al- Makiyyah dengan melihat dan memperhatikan dari isi yang terkandung di dalam surat atau ayat-ayat teresebut, seperti Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah berisikan tentang ajakan untuk bertauhid, beribadah kepada Allah SWT, serta meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada yang selain Allah Al- makiyyah juga mengisahkan tentang para nabi dan kehidupan umat-umat terdahulu,Pembuktian tentang risalah Allah SWT,Kebenaran akan adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan,Kedatangan hari kiamat dan segala kengeriannya,Penjelasan tentang surga dan segala kenikmatannya, serta neraka dan segala yang ditujukan untuk orang-orang musrik yaitu dengan mempergunakan bukti-bukti rasional serta ayat-ayat MadaniyyahIni merupakan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya dalam bentuk ayat atau surat-surat yang diturunkan oleh Allah SWT tepatnya ketika Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam telah berhijrah ke Madinah. Beberapa surat-surat dalam Al-Qur’an yang tergolong sebagai Al- Madaniyyah di antaranya adalah QS. Al- Baqarah, QS. An-Nisa’, QS. Ali Imron, QS. Al- Maidah, QS. At- Taubah, QS. Al- Hujurat, dan beberapa surat lainnya. Adapun ciri-ciri dari ayat atau surat yang tergolong Al- Madaniyyah di antaranya adalah 1. Kata-kata atau kalimat yang dipergunakanAyat atau surat-surat yang tergolong Al- Madaniyyah mempergunakan kata-kata atau kalimat yang bermakna mendalam, kuat, dan juga kalimat-kalimat ushul serta ungkapan seruan “Ya ayyuhalladzina aamanuu”Ayatnya panjang-panjang dan menggunakan gaya bahasa yang dapat menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan syariat,2. Kandungan atau isiDi dalamnya berisikan tentang kewajiban bagi setiap makhluk serta sanksi-sanksinya, seperti perintah untuk beribadah serta beramal sholeh, perintah untuk berjihad, perintah kepada ahli kitab untuk masuk islam, perintah untuk berdakwah, dan lain sebagainyaDi dalam setiap surat yang tergolong Al- Madaniyyah disebutkan tentang orang-orang munafik, kecuali dalam QS. Al- dalam surat yang tergolong Al- Madaniyyah terdapat dialog yang terjadi dengan para ahli kitabBerisi tentang hukum dan perundang-undanganPerbedaan ayat makkiyah dan madaniyahPenting bagi kita sebagai umat muslim untuk mengetahui perbedaan antara ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah SWT di Madinah. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, di antaranya Agar kita dapar lebih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan dapat mentafsirkannya dengan tafsiran yang benar, meskipun pada dasarnya yang menjadi pegangan adalah pengertian umum dari lafadz kita untuk bisa lebih meresapi gaya bahasa dalam Al-Qur’an serta dapat mempergunakannya di dalam berbagai metode berdakwah untuk menuju jalan yang diridhoi Allah kita untuk mengetahui mana saja ayat Al-Qur’an yang turun lebih dulu dan yang turun membantu kita untuk mengetahui dan lebih memahami tentang sejarah pensyariatan hukum-hukum islamDapat meningkatkan keyakinan kita kepada Allah SWT, khususnya terhadap kesucian, kemurnian, serta keaslian Al-Qur’ juga artikel islam lainnyaHal – Hal Yang Menghapus Amal IbadahZina Dalam IslamDoa Ibu Hamil Untuk Anak Dalam KandunganMembangun Rumah Tangga Dalam IslamKeutamaan BersedekahCiri – Ciri Istri ShalehahMencari Jodoh Dalam IslamCiri Wanita yang Baik untuk Dinikahi Menurut IslamTa’aruf Menurut IslamSyarat – Syarat Dalam Akad NikahSyirik Dalam IslamKeutamaan Malam Lailatul QodarPacaran Dalam IslamMerayakan Ulang Tahun dalam Islam 0% found this document useful 0 votes3K views20 pagesOriginal TitleMAKALAH MAKKIYAH DAN MADANIYAHCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3K views20 pagesMakalah Makkiyah Dan MadaniyahOriginal TitleMAKALAH MAKKIYAH DAN MADANIYAHJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. MAKALAH MAKKIYAH DAN MADANIYAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an Dosen Pengampu Shobirin Oleh Kelas / Semester B / II Awaliyatu Khoirunnisa’ 1420210056 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM/ PRODI EKONOMI SYARIAH 2015 BAB I PENDAHULUAN Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan nilai-nilai kebudayaannya. Tak terkecuali umat islam, mereka sangat memperhatikan kelestarian risalah Muhammad yang memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya mendapat perhatian sepanjang akal menerimanya. Tetapi, di atas itu semua, ia merupakan agama yang melekat pada akal dan terpatri dalam hati. Orang yang membaca Al-Qr’an Al-Karim akan melihat bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyyah, baik dalam irama maupun maknanya begitupun sebaliknya; sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-hukum dan perundang-undangannya. Abdul Qasim Al-Hasan bin Muhammad bin Habib An-Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya At-Tanbih Ala Fadhli Ulum Al-Qur’an “Di antara ilmu-ilmu Al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu tentang nuzulul Al-Qur’an dan wilayahnya, urutan turunnya di makkah dan madinah, tentang hukumnya yang diturunkan di makkah tetapi mengandung hukum madani dan sebaliknya, serupa dengan yang diturunkan di makkah, tetapi pada dasarnya termasuk madani dan sebaliknya. Juga tentang yang diturunkan di Juhfah, Baitul Maqdis, Tha’if atau Hudaibiyah. Demikian juga tentang yang diturunkan di waktu maalm, di waktu siang, diturunkan secara bersama-sama. Atau ayat–ayat Madaniyyah dalam surat-surat Makkiyyah dan sebaliknya. Itu semua adaa 25 macam. Orang yang tidak mengetahuinya dan tidak dapat membeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Al-Qur’an. ” Bagitu pentingnya arti pengelompokan yang diutarakan Al-Qosim tentang permasalahan tentang ilmu Al-Qur’an yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Dirasah fi ulum Al-Qur’an. Pada umumnya, para pakar ulum Al-Qur’an membahas permasalahan ini dalam suatu maudhu’ yang lazim disebut makkiyyah dan madaniyyah. Bila tidak menguasainya, banyak faedah yang tidak dapat dipetik, dan yang hendak mengetahui Al-Qur’an tanpa memahami ayat-ayat makkiyah dan apa itu ayat-ayat madaniyyah, bisa-bisa terjebak ke dalam kesalahan yang fatal. 1. Apa Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ? 2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Makkiyah dan Madaniyah ? 3. Bagaimana Perkembangan Makkiyah dan Madaniyah ? 4. Sebutkan Beberapa Contoh dari Ayat Makkiyah dan Madaniyah ? 5. Apa Fungsi Memahami Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ? 6. Apa Saja Ayat yang Diturunkan di Luar Kota Makah dan Madinah? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah. Keempat perspektif itu adalah 1. Masa turun zaman an-nuzul 2. Tempat turun makan an-nuzul 3. Objek pembicaraan mukhathab 4. Tema pemmbicaraan maudu’ 1. Dari perspektif masa turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut اَلْمَكِيُ مَا نَزَلَ قَبْلَ اْلهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَةَ. وَ المدَنِيُ مَا نَزَلَ بَعْدَ الِهجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَدِيْنَةَ. فَمَا نَزَلَ بَعْدَ الهِجْرَةِ وَلَوْ بِمَكَةَ أَوْ عَرَفَةَ مَدَنِيُ. Artinya “Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di mekah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di mekah atau di arafah.” Dengan demikian, surat an-nisa’ [4] 58 termasuk kategori madaniyyah kendatipun diturunkan di mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota mekah fath makkah. Begitu pula, surat al-maidah [5] 3 termasuk kategori madaniyyah kendatipun tidak diturunkan di madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada’. 2. Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut مَا نَزَلَ بِمَكَةَ وَمَا جَا وَرَهَا كَمِنَى وَ عَرَفَةَ وَحُدَيْبِيَةَ. وَالمدَنِيُ مَا نَزَلَ بِالمدِيْنَةِ وَمَا جَا وَرَهَا كَأُحُدٍ وَقُبَاءَ وَسُلْعَ. Artinya “Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a” Terdapat celah kelemahan dari pendefnisian di atas sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak di turunkan di Makkah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat At-Taubah [9] 42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43] 45 diturunkan di tengah perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam Makkiyyah dan Madaniyyah. 3. Dari objek pembicaraan, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut اَلْمَكِيُ مَاكَانَ خِطَابًا لِأَهْلِ مَكَةَ . وَالمدَنِيُ مَاكَانَ خِطَابًا لِأَهْلِ المدِيْنَةِ. Artinya “Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah” Pendefinisian diatas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat al-qur’an dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan naas” yang menjadi kriteria Makkiyah, dan ungkapan “ya ayyuha al-ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyyah. Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. Surat Al-Baqarah [2], misalnya, termasuk kategori Madaniyyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan naas”. Lagi pula, banyak ayat al-quran yang tidak dimulai dengan 2 ungkapan di atas. 4. Dari tema pembicaraan, mereka akan mendefinisikan kedua terminologi lebih terinci. Kendatipun mengunggulkan pendefinisian Makkiyyah dan Madaniyyah dari perspektif masa turun, subhi shahih melihat komponen-komponen serupa dalam tiga pendefinisian. Pada ketiga versi itu terkandung komponen masa tempat dan orang. Bukti lebih lanjut dari tesis shahih di atas bisa dilihat dalam kasus surat Al-Mumtahanah [60]. Bila dilihat dari perspektif tempat turun, surat ini termasuk Madaniyyah karena diturunkan sesudah peristiwa hijrah. Akan tetapi, dalam perspektif objek pembicaraan, surat itu termasuk Makkiyah karena menjadi khitab bagi orang-orang mekah. Oleh karena itu, para sarjana muslim memasukkan surat itu kedalam “ma nuzila bi al Madinah wa hukmuhu Makki ” ayat-ayat yang di turunkan di Madinah, sedangkan hukumnya termasuk ayat-ayat yang diturunkan di Mekah. [1] Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar / bukan di kota Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Madinah. B. Sejarah Perkembangan Maakkiyah dan Madaniyyah Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar atau kriteria yang dipakai untuk menentukan Makkiyyah dan Madaniyyah suatu surat atau ayat. Sebagian ulama menetapkan lokasi turunnya ayat-ayat atau surat sebagai dasar penentuan Makkiyyah dan Madaniyyah, sehingga mereka membuat definisi Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut Yang diartikan sebagi berikut “Makiyah ialah yang diturunkan dimakkah sekalipun turunnya sesudah hijrah, madaniyah ialah yang diturunkan di madinah” Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya. [2] C. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyyah 1. Ciri-ciri khusus surat makkiyah a. Mengandung ayat sajdah Al-A’raf 206, A-Nahl 149, An-Nahl 50, Al-Isra’ 107, Al-Isra’ 108, Al-isra’ 109, Maryam 85, Al-Furqan 60. b. Terdapat lafal kalla sebagian besar ayatnya Al-Humazah 4 كلا لينبذن فى الحطمة c. Terdapat seruan dengan ya ayyuhannasu contonhya dalam surat Yunus 57, يايهاالناس قدجاءتكم موعظة من ربكم وشفاءلما فى الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين d. Mengandung kisah nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, kecuali surat Al-Baqarah surat Al-A’raaf kisah Nabi Adam dengan iblis, kisah Nabi Nuh dan kaumnya, kisah Nabi Shalih dan kaumnya, kisah Nabi Syu’aib dan kaumnya, kisah Nabi Musa dan Firaun. e. Terdapat kisah adam dan iblis.[3] Contohnya dalam surat Al-A’raf 11 yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan kamu adam, lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakana kepada malaikat bersujudlah kamu kepada adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.” f. Setiap suratnya terdapat Sujud Tilawah, sebagian ayat-ayatnya. g. Semua atau sebagian suratnya diawali huruf tahajji seperti Qaf ق , Nun ن , Kha Mim حم contonya ص dalam surat Shaad 1 h. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf terpotong-potong al-ahraf al-muqatha’ah atau fawaatihussuwar, seperti “الم surat Ar-Rum 1, الر surat Hud 1,هم “, kecuali Al-Baqoroh dan Ali Imron.[4] 2. Ciri-ciri surat makkiyah yang aghlaniyah umum a. Ayat-ayatnya pendek, surat-suratnya pendek An-Nass 6 ayat, Al-Ikhlas 4 ayat, Al-Falaq 5 ayat, Al-Lahab 5 ayat, nada perkataannya keras dan agak bersajak surat Al-Ashr. والعصر. ان الانسن لفى خسر. الا الذين ءامنوا وعملواالصلحت وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر. b. Mengandung seruan pokok-pokok iman kepada Allah, hari akhir dan menggambarkan keadaan surga dan neraka. c. Menyeru manusia berperagai mulia dan berjalan lempang di atas jalan kebajikan An-Nahl, = akhlak-akhlak baik d. Mendebat orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka surat Al-Kahfi ayat 102-108 e. Banyak terdapat lafadz sumpah.[5] surat Al-Anbiyaa’ 57 وتا الله لاكيدن اصتمكم بعد ان تولوا مدبرين 3. Ciri-ciri khusus surat madaniyyah a. Di dalamnya ada izin berperang atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya. QS. Al-Ahzab = tentang perang ahzab / khandaq. b. Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, fara’id, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan. QS. An-Nur = tentang hukum-hukum sekitar masalah zina, li’an, adab-adab pergaulan di luar dan di dalam rumah tangga. QS. Al-Ahzab = tentang hukum zihar, faraid c. Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik surat An-Nur ayat 47-53 tentang perbedaan sikap orang-orang munafik dengan sikap orang-orang muslim dalam bertakhim kepada Rasul d. Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa’, Ali Imran, At-Taubah dan lain-lain.[6] 4. Ciri-ciri surat madaniyyah yang aghlaniyah umum a. Suratnya panjang-panjang, sebagian ayatnya pun panjang serta jelas menerangkan hukum QS. Al-Baqarah surat dan ayatnya panjang, dan didalamnya terdapat hukum haji dan umrah, hukum qishas, hukum merubah kitab-kitab Allah, hukum haid, iddah, hukum bersumpah, hukum arak dan judi b. Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukkan kepada hakikat-hakikat keagamaan. D. Beberapa Contoh Ayat Makkiyah dan Madaniyah Diantaranya 1 Al-Alaq 47 An-Naml 2 Al-Qolam 48 Al-Qoshash 3 Al-Muzzammil 49 Al-Isro’ 4 Al-Muddatstsir 50 Yunus 5 Al-Fatihah 51 Hud 6 Al-Lahab 52 Yusuf 7 At-Takwir 53 Al-Hir 8 Al-A’la 54 Al-An’am 9 Al-Lail 55 Ash-Shaffat 10 Al-Fajr 56 Luqman 11 Ad-Dhuha 57 Saba’ 12 Al-Insyiroh 58 Az-Zumar 13 Al-Ashr 59 Ghofir 14 Al-Adiyat 60 Fushshilat 15 Al-Kautsar 61 Asy-Syura 16 At-takatsur 62 Az-Zukhruf 17 Al-Ma’un 63 Ad-Dukhan 18 Al-Kafirun 64 Al-Jatsiah 19 Al-Fiil 65 Al-Ahqof 20 Al-Falaq 66 Al-Adzariyat 21 An-Nas 67 Al-Ghosiyah 22 Al-Ikhlas 68 Al-Kahfi 23 An-Najm 69 An-Nahl 24 Abasa 70 Nuh 25 Al-Qodar 71 Ibrahim 26 Asy-Syams 72 Al-Anbiya’ 27 Al-Buruj 73 Al-Mu’minun 28 At-Tiin 74 As-Sajadah 29 Al-Quroisy 75 At-Thur 30 Al-Qori’ah 76 Al-Mulk 31 Al-Qiyamah 77 Al-Haqqoh 32 Al-Humazah 78 Al-Ma’arij 33 Al-Mursalat 79 An-Naba’ 34 Qaf 80 An-Nazi’at 35 At-Thoriq 81 Al-Balad 36 Al-Qomar 82 Al-Infithor 37 Shad 83 Al-Insyiqoq 38 Al-A’rof 84 Ar-Rum 39 Jinn 85 Al-Ankabut 40 Yasin 86 Al-Muthoffifin 41 Al-Furqon 87 Al-Zalzalah 42 Fathir 88 Ar-Rod 43 Maryam 89 Ar-Rohman 44 Thoha 90 Al-Insan 45 Al-Waqiah 91 Al-Bayyinah 46 Asy-Syu’ara Diantaranya 1 Al-Baqoroh 13 Ali-Imron 2 Al-Anfal 14 Al-Ahzab 3 Al-Mumtahanah 15 Al-Hujurat 4 An-Nisa’ 16 At-Tahrim 5 Al-Hadid 17 At-Taghabun 6 Al-Qital 18 As-Shaf 7 At-Tholaq 19 Al-Jumuah 8 Al-Hasr 20 Al-Fath 9 An-Nur 21 Al-Maidah 10 Al-Hajj 22 At-Taubah 11 Al-Munafiqun 23 An-Nashr 12 Al-Mujadilah E. Fungsi Memahami Ilmu Makkiyah dan Madaniyah An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih ala Fadhl Ulum Al-Quran, memandang subjek makkiyah dan madaniyyah sebagai ilmu Al-Quran yang paling utama. Sementara itu , Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui makkiyah dan madaniyyah sebagai berikut. 1. Membantu dalam menafsirkan Al-qur’an Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Qur’an tentu sangat membantu dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah keumuman redaksi ayat dan bukan kehususan sebabin. Dengan mengetahui kronologis Al-Quran pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh-mansukh yang hanya bisa diketahui melalui kronologi Al-Quran. 2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat makkiyah dan ayat-ayat madaniyyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu, dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi makkiyah dan madaniyyah telah memberikan contoh untuk itu. 3. Memberi informasi tentang sirah kenabian Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah nabi, baik di mekah atau di madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Quran adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah nabi itu. Informasinya tidak bisa diragukan lagi. Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat Al-Quran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala peristiwa yang menyertainya, baik pada periode makkah maupun periode madinah, sejak turun iqra’ sampai ayat yang terakhir diturunkan. Al-Quran adalah sumber pokok bagi hidup Rasulullah. Pola hidup beliau harus sesuai dengan Al-Quran dan Al-Quran pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan. [9] Selain itu juga pengetahuan tentang makkiyah dan madaniyah banyak membawa hikmah dan faedah serta kagunaan yang bermacam-macam, antara lain sebagai berikut 1. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-Quran 2. Mudah diketahui mana ayat-ayat Al-Quran yang hukum bacaannya telah dinaskh dihapus dan diganti dan mana ayat-ayat yang menasakhkannya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. 3. Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hukum-hukum Islam Taarikhut Tasyri’ yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan. 4. Mengetahui hikmah disyariatkannya suatu hukum. 5. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah. 6. Mengetahui perbedaan ushlub-ushlub bentuk-bentuk bahasa Al-Quran yang dalam surat-surat makkiyah berbeda dengan yang ada dalam surat madaniyah.[10] F. Ayat-ayat Al-qur’an Diturunkan Di Luar Kota Makkah dan Madinah 1. Ayat yang di bawa dari makkah ke madinah Contohnya ialah surat Al-A’la. HR. Al-Bukhari dari Al-Bara’ bin Azib yang mengatakan, “orang yang pertama kali datang kepada kami di kalangan sahabat Nabi adalah Mush’ab bin Umair dan Ibnu Ummi Maktum keduanya membacakan Al-Quran kepada kami. Sesudah itu datanglah Ammar, Bilal dan Sa’ad. Kemudian datang pula Umar Bin Khattab sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membaca sabbihismarabbikal a’la dari antara surat yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan Al-quran yang dibawa oleh golongan muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum anshar. 2. Ayat yang di bawa dari madinah ke makkah Contohnya dari awal surat Baqarah, yaitu ketika Rasulullah SAW memerintahkan kepada Abu Bakar untuk pergi haji pada tahun ke Sembilan. Ketika awal surat Baqarah turun, Rasulullah memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk membawa surat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum musyrikin, maka Abu Bakar pun membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa tahun ini tidak ada oseorang musyrik pun yang boleh berhaji. 3. Ayat yang turun di waktu dalam perjalanan Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran turun pada saat Nabi dalam keadaan menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasulullah tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan Allah, maka wahyu pun turun juga dalam perjalanan tersebut. Imam As-Suyuthi menyebutkan awal surat Al-Anfal yang turun di Badar setelah selesai perang, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Sa’ad bin Abi Waqqash. Sedangkan ayatnya adalah sebagai berikut والذين يكنزون الذهب والفضة ولا ينفقونها فى سبيل الله Diriwayatkan Ahmad dari Tsauban, bahwa ayat tersebut turun ketika Rasulullah dalam salah satu perjalanan. Juga awal surat Al-Hajj. At-Tirmidzi dan Al-Haakim meriwayatkan dari Imran bin Hushain yang menyatakan “ketika turun kepada Nabi ayat wahai manusia, bertakwalah kepada tuhanmu, sesungguhnya goncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar … sampai dengan .. tetapi adzab Allah sangat kerasnya’ beliau sedang berada dalam perjalanan.” Begitu juga surat Al-Fath. Al-Hakim dan yang lain meriwayatkan, dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Al-Hakam, keduanya berkata “surat Al-Fath dari awal sampai akhir turun di antara kota makkah dan madinah berkaitan dengan masalah perdamaian Hudaibiyah.” Sebagian dari ayat Al-Quran tidak hanya turun di kota makkah dan sekitarnya dan tidak pula di madinah dan sekitarnya, seperti firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 42 dan pada surat Az-Zukhruf ayat 45. Yang kedua ayat tersebut tidak turun di kota makkah dan sekitarnya dan tidak pula di kota madinah dan sekitarnya. Menurut Ibnu Katsir bahwa surat At-Taubah ayat 42 turun di tabuk, dan surat Az-Zukhruf ayat 45 diturunkan di abitul maqdis pada malam Isra’.[11] 4. Ayat yang turun di Kota Arofah pada haji wada’[12] Surat Al-Baqarah ayat 281 وَاتَقُوا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللهِ ثُم تُوَفى َكُلُ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ “Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya dirugikan.”[13] 5. Ayat yang turun di Kota Mina pada haji wada’ Surat Al-Maidah ayat 3[14] حرمت عليكم الميتة والدم و لحم الخنزير وما أهل لغير الله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أ كل السبع إلاماذكيتم وماذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلم ذالكم فسق اليوم يئس الذين كفروا من دينكم فلا تخشوهم واشون اليم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتى ورضيت لكم الإسلم دينا فمن اضطر فى مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفوررحيم “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah, mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[15] BAB III SIMPULAN Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar / bukan di kota Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Madinah. Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya. Sedangkan untuk membedakan antara ayat makkiyah dan ayat madaniyah terdapat Ciri-ciri khusus surat makkiyah, Ciri-ciri surat makkiyah yang aghlaniyah umum, Ciri-ciri khusus surat madaniyyah, Ciri-ciri surat madaniyyah yang aghlaniyah umum. Begitupun juga dengan contoh suratnya, diantaranya surat Makkiyah Al-Alaq, At-Tin, Al-Balad, Al-Qoriah, Al-Adiyat, dan lain sebagainya, sedangkan surat Madaniyah An-Nash, Al-Baqoroh, Al-Anfal, Ali-Imron, dan lain sebagainya. Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui makkiyah dan madaniyyah adalah untun Membantu dalam menafsirkan Al-qur’an, Pedoman bagi langkah-langkah dakwah, Memberi informasi tentang sirah kenabian, Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-Quran dan Mudah diketahui mana ayat-ayat Al-Quran yang hukum bacaannya telah dinaskh dihapus dan diganti dan mana ayat-ayat yang menasakhkannya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. Adapun ayat-ayat yang turun tidak di kota makkah dan tidak pula di kota madinah adalah Ayat yang di bawa dari makkah ke madinah, ayat yang di bawa dari madinah ke makkah, Ayat yang turun di waktu dalam perjalanan, Ayat yang turun di Kota Arofah pada haji wada’, Ayat yang turun di Kota Mina pada haji wada’. Alhamdulillah, penulisan makalah ini terselesaikan dan tersusun secara sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena mengingat keterbatasan pengetahuan dari penulis. Maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak. DAFTAR PUSTAKA Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Pentafsir Al Qur’an. Al-Qaththan, Syeikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2006. Anwar Rosihon, Ulum al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia, 2008. Hasbi ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad,Ilmu-Ilmu Ulumul Quran, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2009. Shihab, Quraish, Sejarah & Ulum Al-Quran, Bandung, Pustaka Firdaus, 1997. Rakhmat, Jalaluddin, Ulum Al-Quran, Bandung, 1431 H. http// pada tanggal 05-04-2015 pada pukul 1830. [1] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, bandung, Pustaka Setia, 2008, hal102-104. [2] Quraish Shihab, Sejarah & Ulum Al-Quran, bandung, Pustaka Firdaus, 1997, hal 64. [3]Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Ulumul Quran, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2009, hal 72. [4] Jalaluddin Rakhmat. Ulum Al-Quran, Bandung 1431 H, hal 49. [7] Quraish Shihab, Sejarah & Ulum Al-Quran, Bandung, Pustaka Firdaus, 1997, hal 65-67 [9] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, bandung, Pustaka Setia, 2008, hal 115-116 [10] http// Diakses pada tanggal 05-04-2015 pada pukul 1830 [11] Syeikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm 67-71. [12] Jalaluddin Rakhmat. Ulum Al-Quran, Bandung 1431 H, hal. 58 [13] Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Pentafsir Al Qur’an, 1971, hal 70 [14] Jalaluddin Rakhmat, Op Cit, hal. 59. [15] Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Op Cit, hal 157

makalah ayat makiyah dan madaniyah